Dosen : Serepina Tiur Maida H. S.Sos., M.Pd.
Oleh:
Soalon Prima Malango
Prima_malango@yahoo.com
2014 3124 7311 50005
Oleh:
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL S-1
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MPU TANTULAR
2020
Dalam kesempatan membuka Grand Launching Konstruksi Indonesia 2003 tanggal 27 Agustus 2003, Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah (Kimpraswil) Soenarno mengatakan, betapa bangsa Indonesia terbukti telah mempunyai prestasi yang membanggakan di bidang konstruksi. Nenek moyang kita zaman dahulu telah membangun candi Borobudur, Prambanan dan lain-lain. Dalam periode lain kitapun telah menghasilkan bangunan-bangunan yang secara historis dan teknologispatut menjadi catatan sejarah. Sejarah konstruksi Indonesia ini dikemukakan kembali oleh Sekretaris Jenderal Departemen Kimpraswil Ir. Djoko Kirmanto dalam pidato Sub Launching Konstruksi Indonesia 2003 di Jakarta (24/9).
Saat inipun lanjut Djoko Kirmanto, kita telah mampu melaksanakan pembangunan konstruksi berskala besar dan berteknologi tinggi, seperti bangunan pencakar langit, bendungan, jalan dan jembatan, pelabuhan udara dan laut termasuk pembangunan di bidang sumber daya mineral. Keberhasilan pembangunan konstruksi tersebut tidak terlepas dari potensi dan profesionalisme para pelaku konstruksi.
Ketersediaan infrastruktur merupakan prasyarat bagi terselenggaranya seluruh hajat hidup masyarakat. Tuntutan akan terselenggaranya infrastruktur yang baik dan efisien semakin lama semakin tinggi, seiring dengan makin majunya pertumbuhan di berbagai sektor lainnya, seperti industri, perdagangan, pertanian dan sebagainya, katanya.
Tidak dapat dipungkiri bahwa infrastruktur merupakan tulang punggung pertumbuhan semua peri kehidupan. Saat ini, kita mengharapkan akan segera keluar dari krisis ekonomi yang telah melanda negara kita, yang telah menghempaskan dunia konstruksi kedalam kelesuan. Untuk bisa bangkit dan dapat mendukung perekonomian agar tumbuh pesat, pembangunan dan pemeliharaan pelayanan infrastruktur harus berada di depan.
Oleh karenanya dunia konstruksi harus bangkit terlebih dahulu untuk menyongsong dan mendorong pertumbuhan sektor-sektor lain. Sekjen Kimpraswil tersebut berharap pula bahwa kebangkitan konstruksi di Indonesia ini akan mampu menjadi lokomotif perekonomian Indonesia dan sekaligus mampu memberikan lapangan kerja yang luas bagi masyarakat.
Tema yang diangkat pada penyelenggaraan konstruksi Indonesia 2003 adalah “Kebangkitan konstruksi Indonesia menghadapi tantangan kompetisi global”. Suatu tema yang menantang kita semua dan sangat tepat di dalam menghadapi pelbagai tantangan dimasa mendatang. Banyak hal yang sudah sangat mendesak untuk kita hadapi bersama, khususnya di bidang konstruksi, yaitu antara lain upaya peningkatan kompetensi para pelaku dibidang konstruksi, serta persaingan yang semakin berat baik di tingkat lokal, regional maupun global, katanya.
Konstruksi Indonesia 2003 yang akan digelar dari 19 – 23 Desember 2003 di Jakarta Convention Center, diharapkan akan dapat membangkitkan kembali citra dunia konstruksi Indonesia. Yang lebih penting lagi adalah terwujudnya usaha jasa konstruksi nasional yang professional, efisien, berdaya saing di pasar nasional dan mampu menjadi tuan rumah di negeri sendiri serta dapat berkiprah dan meraih pangsa internasional, harap Sekjen Departemen Kimpraswil ini.
Demi suksesnya rangkaian kegiatan Konstruksi Indonesia 2003 Djoko Kirmanto mengajak partisipasi seluruh pelaku di bidang konstruksi, untuk bergabung dalam acara ini, terutama untuk ikut menampilkan kemampuan dan profesionalisme di bidangnya. Keikutsertaan ini merupakan wujud kebanggan dan kecintaan kita kepada profesi konstruksi yang kita geluti, sekaligus kecintaan kita terhadap masyarakat, bangsa dan negara, ajaknya.
Sementara itu wakil ketua pelaksana Konstruksi Indonesia 2003, yang juga Ketua Umum Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi Nasional Sulistiyomemaparkan tujuan diadakannya Pameran Konstruksi dan manfaatnya bagi kepentingan jasa konstruksi dan bagi kepentingan ekonomi nasional.
Diakuinya bahwa sampai saat ini Indonesia belum mempunyai system informasi terpadu menyangkut pembangunan di Indonesia, yang berisi tentang pelaku jasa konstruksi dan seluruh jasa-jasa lain yang terkait, maupun pasar jasa konstruksi baik dalam negeri maupun luar negeri.
Sulistiyo mengatakan peluang jasa konstruksi nasional kita tahun ini sekitar Rp 106 triliun, 55% masih dikuasai pasar pemerintah dan 45% nya pasar swasta. Dari pengalaman sebelum krisis pasar swasta hampir tiga kali lipat dari pasar pemerintah. Apabila kondisi menjadi normal, maka pasar jasa konstruksi menjadi tumbuh berkembang, tetapi para pengguna jasa belum memiliki informasi lengkap terhadap kemampuan jasa konstruksi nasional, sehingga masih banyak proyek-proyek yang dibangun dan direncanakan oleh kontraktor dan konsultan asing, termasuk penggunaan barang-barang produksi internasional, bukan produksi dalam negeri.
Konstruki Indonesia 2003, lanjut Sulistiyo, merupakan sarana informasi dan komunikasi diantara masyarakat jasa konstruksi dan seluruh stakeholder dan masyarakat luas lainnya, sehingga mereka mengetahui bahwa jasa konstruksi kita sudah cukup mampu untuk menunjang kegiatan perekonomian nasional. Menengok pengalaman negara tetangga Australia, semakin efisien jasa konstruksi maka semakin efisien pula pertumbuhan ekonomi negaranya. Hal tersebut dapat menjadi pelajaran berharga bagi Indonesia dalam membangkitkan kembali perekonomiannya.
Dalam penyelenggaraan Konstruksi Indonesia 2003 ini akan mengundang pula peserta dari negara lain untuk mengetahui potensi jasa konstruksi nasional yang cukup tinggi. Bahkan ada kontraktor dari China menawarkan untuk bekerjasama dengan kita untuk diselenggarakan secara bersama dengan nama Indonesia - China Expo. Namun hal ini tidak diinginkan dulu, karena yang paling utama dalam hal ini adalah menampilkankemampuan jasa konstruksi nasional.
No comments:
Post a Comment